Wednesday, March 7, 2007

PERJUANGAN KEMERDEKAAN PAPUA BARAT SEDANG DARI MANA KE MANA?

Sebuah Konsep Pemikiran Untuk Memahami Arah Perjuangan Kemerdekaan Papua Barat

Pengantar
Perjuangan kemerdekaan Papua Barat untuk mendirikan negera merdeka telah memakan waktu yang cukup lama. Perjalanan panjang itu cukup melelahkan bagi orang yang memperjuangkannya. Karena rakyat Papua Barat mempunyai cita-cita untuk mendirikan negara merdeka di tanah leluhurnya, maka sudah tentu ada “hal-hal” yang ingin diwujudkan, atau dengan kata lain ada tujuan yang ingin dicapai lewat perjuangan kemerdekaan itu. Tetapi apa yang ingin dicapai selama ini dipahami dengan setengah-setengah alias kabur dan tidak mendalam. Dampaknya adalah seakan-akan hal-hal itu baik dan benar.

Tetapi sesungguhnya ada “hal lebih” yang harus dicapai di masa depan. Sehingga, dengan mengetahui hal lebih tersebut, dalam perjuangannya, diharapkan adanya sebuah arah perjuangan yang jelas, sehingga bola emas perjuangan bisa digiring ke arah tersebut. Tentunya dengan harapan agar kita tidak masuk dan keluar dari lobang sial yang satu ke lobang sial yang, sebaliknya masa depan kemerdekaan Papua Barat itu bisa menjadi nyata dalam lembaran sejarah kehidupan umat manusia.

A. Pendahuluan

Perjuangan rakyat Papua Barat untuk mendirikan negaranya sendiri di muka bumi ini bukan menjadi hal yang rahasia di kalangan mana saja. Artinya, gaung perjuangan itu telah terdengar hingga ke barbagai belahan dunia. Gaung perjuangan itu telah membuat berbagai pihak – tentu dengan kepentingannya – merasa mempunyai kepentingan pula dalam menempatkan diri untuk memberi warna dalam gaung tersebut. Terdapat beberapa kepentingan yang saling bergesekan dalam perjuangan mendirikan negara Papua Barat Merdeka. Pertama, rakyat Papua Barat yang mempunyai kepentingan sebagai pemilik tanah Papua Barat yang berhak untuk mendirikan negaranya sendiri. Kedua, Indonesia yang mempunyai kepentingan mencaplok tanah Papua Barat sebagai bagian integral dari negaranya. Ketiga, Belanda yang mempunyai kepentingan untuk menjadikan tanah Papua Barat sebagai daerah jajahan. Keempat, Amerika Serikat yang mempunyai kepentingan untuk mengeploitasi kandungan alam di Papua Barat. Kelima, Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mempunyai kepentingan untuk menyelesaikan status politik Papua Barat. Kelima kepentingan ini telah menghiasi sejarah pergulatan politik dalam penentuan status politik Papua Barat.

Yang menjadi sebuah pertanyaan penting adalah kepentingan apa yang sesungguhnya diusung oleh kelima komponen tersebut? Pertanyaan lanjutannya adalah apakah masing-masing sadar dengan kepentingan yang mereka usung? Atau dalam kepentingan itu mereka sadar dari mana ke mana kepentingan itu mereka usung? Pada akhirnya yang harus ditanyakan adalah apa dan siapa tujuan akhir dari semua kepentingan dari masing-masing kepentingan tersebut?

Rakyat Papua Barat yang sedang memperjuangan kemerdekaan Papua Barat, apakah sadar dari mana dan siapa mereka ingin merdeka? Indonesia yang mengklaim Papua Barat sebagai wilayah integralnya, apakah sadar sedang menggiring dari mana ke mana rakyat Papua Barat dalam wilayah NKRI-nya? Belanda yang pernah menjajah Papua Barat, sadar bahwa sesungguhnya apa yang ingin mereka capai di Papua Barat dengan datang jauh-jauh dari negeri Belanda? Amerika Serikat, apakah pernah sadar dari mana ke mana dalam kepentingan kapitalisme rakyat Papua Barat ingin digiring? Perserikatan Bangsa-Bangsa, apakah pernah sadar dari mana ke mana akan menggiring rakyat Papua Barat dalam campur tangannya untuk menyelesaikan sengketa politik dalam upaya penyelesaian status politik Papua Barat? Akhirnya, apakah memang masing-masing sadar ke mana pulau Papua Barat dan segalanya isinya sedang digulirkan? Apakah ke Sorga atau ke Neraka atau ke suatu tempat? Terus dari mana ke Sorga atau ke Neraka atau ke suatu tempat?

Semua pertanyaan tersebut di atas hingga kini belum terjawab. Memang banyak pihak berusaha untuk menjawabnya, tetapi pada kesempatan yang sama pihak-pihak tersebut terbuai dalam jebakan dunia yang mematikan. Jebakan-jebakan itu mempunyai multifungsi. Salah satunya adalah agar membuat manusia tidak sadar untuk memahami dari mana hendak ke mana masing-masing kepentingan yang bergesekan di Papua Barat.

Perjuangan rakyat Papua Barat untuk merdeka harus ada kejelasan akan dua hal penting. Pertama, merdeka dari apa dan siapa. Kedua, merdeka untuk apa dan siapa. Singkatnya, dari mana hendak ke mana perjuangan rakyat Papua Barat untuk mendirikan negaranya sendiri.

Dalam tulisan berikut kita akan melihat tiga hal pokok. Pertama, pemikiran yang kelihatannya benar tetapi kadang salah, yang mana hal tersebut seakan-akan baik dan benar. Seakan-akan baik dan benar tersebut dapat kita lihat dari pemahaman dari mana ke mana arah perjuangan rakyat Papua Barat untuk merdeka. Kedua, kita akan mengartikan perjalanan Papua Barat untuk merdeka, yang mana dilumurih oleh berbagai kepentingan yang sering membuat rakyat Papua Barat terlena ke dalamnya. Ketiga, kita akan melihat arah perjuangan yang benar – menurut saya – yang harus kita tempuh dan raih bersama dalam perjuangan sekarang dan masa depan. Keempat, pada akhirnya kita akan sampai pada sebuah rekomendasi yang harus dipikirkan dan dilakukan ke depan.
* * *

B. Pemikiran Yang Belum Berakhir

Banyak hal yang selama ini kurang dipahami dengan baik dan benar. Kaburnya pemahaman yang baik dan benar itu tidak begitu saja terjadi, tetapi ada dalang di belakang yang menjalankan aski penyetelan. Penyetelan itu terjadi dengan maksud terselubung yang akhirnya jika kita teliti akan nampak gejalah yang “seakan-akan sudah baik dan benar”. Seakan-akan baik dan benar tersebut memang sengaja dibuat seperti itu, supaya aksi terselubung itu dapat terealisir terhadap obyek penyetelan tersebut, juga untuk memuaskan keinginan aktor penyetel tersebut.

Memang seringkali pemikiran semacam itu baik dan benar. Baik dan benar kerana itu yang sering dicari dan dirindukan oleh umat manusia, tetapi yang mejadi pertanyaan adalah apakah cuma sebatas itu atau sedangkal itu? Misalnya, konsep tentang pemikiran perjalanan perjuangan Papua Barat merdeka, apakah hanya sebatas dari penindasan menuju pembebasan? Ataukah ada nilai lebih yang terkandung di dalamnya? Juga tidak dapat disangkal bila perjalanan waktu dari masa lalu ke masa depan (yang lebih baik) merupakan impian rakyat Papua Barat dalam perjuangan ini, tetapi apakah sebatas itu yang hanya dapat diukur dengan waktu?

Jika kita melihat lebih jauh dan lebih dalam terhadap perjuangan kemerdekaan Papua Barat ini, kita bisa menemukan banyak hal yang selama ini kurang kita pahami, kurang kita ketahui dan akhirnya kurang kita perjuangkan.

Berikut ini akan kita bahas beberapa hal yang selama ini kita pahami. Pemahaman itu sebenarnya tidak salah, tetapi juga tidak semuanya benar. Artinya, pemahaman itu sedangkal yang kita kenal selama ini. Yang kita pahami selama ini memang benar dan seperti itu adanya, tetapi adalah baiknya kalau kita memperdalam pemahaman lebih jauh tentang apa yang sesungguhnya diperjuangkan oleh orang Papua Barat dalam proses pembebasan sekarang ini.

Bebarapa hal yang kita peroleh secara sepotong-sepotong tentang proses perjuangan untuk pembebasan Papua Barat adalah sebagai berikut.

1. Dari Masa Lalu ke Masa Depan?

Sering kali saya berpikir – juga banyak orang – bahwa, jika kita ingin melihat masa lalu, maka kita harus memetakan dalam kurun waktu tertentu untuk mengatakan masa lalu yang mana atau dalam kurun waktu yang mana. Hal ini disebabkan karena segala sesuatu setelah saat ini yang telah lewat merupakan masa lalu. Untuk menilai masa yang telah berlalu, menurut saya harus mempertimbangkan dua hal. Pertama, masa kapan, artinya menunjukkan kurun waktu tertentu. Kedua, masa apa, artinya menunjukkan hal (sesuatu) pada waktu tertentu.

Berdasarkan pertimbangan kedua hal tersebut di atas, marilah kita menilai pemikiran sebagian besar orang Papua Barat yang selalu punya pemikiran tentang Papua Barat Merdeka, bahwa perjuangan untuk kemerdekaan adalah dari masa lalu ke masa depan. Hal ini menimbulkan dua buah pertanyaan : masa lalu yang mana (kapan)? dan masa lalu yang apa?. Saya yakin ini yang sangat kurang kita sadari bersama.

Jika kita jeli melihat pemikiran semacam ini, maka terdapat kesalah pahaman tentang masa lalu kehidupan orang Papua Barat dan berbagai dinamika yang menyertainya. Hal ini akhirnya melahirkan dua kelompok manusia yang masing-masing dengan aliran pemikirannya sendiri. Kelompok pertama berpendapat, bahwa perjuangan kemerdekaan Papua Barat adalah dari masa nenek moyang yang membelenggu dan dari penjajahan negara/bangsa lain menuju ke masa depan yang merdeka. Kelompok kedua berpendapat, bahwa perjuangan kemerdekaan Papua Barat adalah dari masa penjajahan ke masa depan yang merdeka. Di sini sangat nampak menonjol kurun waktu yang dipatok dalam perjuangan “dari mana ke mana”.

Kelompok pertama memandang masa yang tidak bebas adalah sejak keberadaan orang Papua Barat hingga dalam waktu penjajahan. Jadi, kehidupan masa lalu sebelum penjajahan juga sangat membelenggu dan kehidupan penjajahan juga membelenggu. Sehingga perjuangan kemerdekaan Papua Barat adalah merdeka dari dua masa tersebut. Kelompok kedua memandang masa yang tidak bebas adalah sejak penjajahan diterapkan di Papua Barat oleh bangsa lain yang datang ke Papua Barat. Jadi, kehidupan masa penjajahan sangat membelenggu. Sehingga perjuangan pembebasan Papua Barat adalah merdeka dari masa penjajahan tersebut. Sehingga, kelompok kedua berpandangan, bahwa kehidupan masa nenek moyang sebelum penjajahan merupakan “masa kemerdekaan awal”.

Berangkat dari dua pandangan tersebut, akhirnya masa depan yang ingin dituju pun mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama, berpendapat bahwa masa depan yang dituju adalah masa depan yang merdeka. Merdeka dalam arti kelompok ini tidak sama dengan merdeka kelompok kedua yang memandang arti merdeka pada masa nenek moyang dahulu. Kelompok pertama memandang merdeka sama halnya dengan merdeka yang dicapai oleh negara-negara merdeka pada umumnya. Tetapi satu hal yang tidak pernah terjawab hingga sekarang – menurut saya – adalah jika pemikiran merdeka semacam ini yang kita capai, maka sesungguhnya kita sedang menggiring dunia ini ke mana? Ini pertanyaan misteri menurut saya. Pandangan kedua, berpendapat masa depan yang dituju adalah masa merdeka ala nenek moyang dahulu (back to freedom nature). Tetapi kelompok ini juga berpendapat bahwa kita tidak seratus persen kembali seperti masa nenek moyang, tetapi barangkali ada “jujur-jurus tertentu” yang memungkinkan kita bisa hidup merdeka seperti nenek moyang masa lalu (yang hidup merdeka) di masa yang akan datang. Muncul sebuah pertanyaan, dalam dunia yang sedang maju tanpa arah yang jelas dewasa ini, apakah kita bisa punya jurus yang jitu untuk back to freedom nature? Lagi-lagi, ini pertanyaan misteri untuk saya.

Kini sangat jelas bagi kita bagaimana cara pandang kedua kelompok orang dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat dewasa ini dari sisi waktu (dari masa mana dan apa ke masa mana dan apa). Sehingga di sini sangat jelas, bahwa pemikiran yang tidak mendalam sedang terjadi dalam proses perjuangan kita. Sehingga dari sisi waktu kita seanak-akan berpikir tetapi kita belum mampu untuk berpikir lebih jauh dan dalam tentang mana yang terbaik dan seharusnya tepat untuk Papua Barat.

2. Dari Kuno ke Modern?

Hampir semua orang sepakat bahwa masa yang telah berlalu dalam waktu yang sangat lama adalah zaman kuno dan kolot. Turunan dari dua sebutan ini telah melahirkan banyak kata untuk menyebut masa lalu, misalnya masa zaman batu, ketinggalan zaman dan sebutan lainnya yang tergantung pada siapa menyebut apa untuk apa dan siapa.

Dewasa ini banyak orang berargumen bahwa perjalanan ke depan di duni ini adalah untuk mencapai puncak kehidupan yang modern. Modern secara simple dapat diartikan sebagai masa depan yang maju, yang dilumuri oleh pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penyangga utama kehidupan manusia. Sehingga tidak salah jika banyak orang lebih suka mengejek dan menghina masa lalu kehidupan manusia. Buktinya, di mana-mana dan kapan saja orang lebih suka mengatakan “itu ketinggalan zaman” dalam segala hal dan terhadap segala sesuatu yang menurut mereka bertentangan dengan kemajuan zaman.

Timbul sebuah pertanyaan, jika masa depan modern yang ingin dicapai oleh manusia, apakah dalam kehidupan modern ini semua persoalan hidup manusia dapat diatasi? Kenyataan membuktikan bahwa konsep modern tidak memberi jaminan kebahagiaan bagi semua umat manusia dan persoalan hidupam manusia tidak dapat diatasi walau harus mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penyangga utama kehidupan modern tersebut.

Kita pun mesti bertanya, apakah perjuangan kemerdekaan Papua Barat adalah dari masa kuno ke masa modern? Ini sebuah pertanyaan berat. Beratnya pertanyaan ini bagi orang Papua Barat dilandasi oleh sebuah pentanyaan pula. Jika ingin modern seperti orang Amerika Serikat misalnya, apakah benar kita sedang menemukan arti sebuah kemerdekaan? Kenyataan sekarang di Amerika Serikat, walaupun negaranya telah menjadi negara modern tetapi banyak orang di sana yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, masih ada pelacur merajalela di mana-mana, perjudian berkembang pesat, kriminal muncul setiap hari, semakin hari semakin lupa Tuhan dan lainnya. Apakah ini yang disubut modern? Ya, saya pikir masa modern juga membawa kejahatan yang modern pula, sehingga secara kualitatif dan kuantitatif kejahatan itu tumbuh dengan subur. Inilah buah-buah masa modern yang selalu dirindukan oleh umat manusia. Apakah masa modern yang dilumurih dengan malapetaka inilah yang ingin kita capai lewat kemerdekaan? Apakah inilah yang disebut merdeka?

Saya sering merasa sedih setengah mati ketika mendengar banyak orang Papua Barat suka berkata : kita harus menjadi bangsa yang modern, kita merdeka supaya bisa menjadi bangsa modern seperti Amerika Serikat. Atau juga banyak orang suka berkata : ini ketinggalan zaman, masih kuno dan lainnya ketika seseorang ingin mengulangi sebuah tindakan atau perkataan masa silam. Lantas orang-orang yang suka menyindir kehidupan masa lalu itu apakah sudah sadar sedang ke mana sekarang dalam masa modern yang mereka impikan itu? Entahlah. Tetapi kenyataan sekarang menunjukkan banyak orang teropsesi untuk menilai masa modern merupakan kehidupan yang gilang-gemilang. Sehingga yang ingin dicapai oleh umat manusia adalah kehidupan yang modern.

Jika perjuangan kemerdekaan Papua Barat sekarang adalah dari masa kuno ke masa modern, maka saya mengusulkan terlebih dahulu kita harus memahami masa depan modern yang mana yang sedang kita cari? Konsep modern yang ingin kita capai dengan mendirikan negara merdeka harus diperjelas. Jika tidak, saya hanya bisa berkata modern adalah sebuah masa yang gilang-gemilang, tetapi di masa yang gilang-gemilang pula kejahatan juga semakin gilang-gemilang. Ini sebuah masalah yang besar dan berat, sehingga teori apapun hingga sekarang belum menjawab sebuah pentanyaan : masa modern adalah masa yang serba tercukupi dan makmur, tetapi apakah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghilangkan semua kejahatan dan penderitaan umat manusia? Jawabannya, ilmu pengetahuan dan teknologi belum menjawab pentanyaan ini. Apakah kehidupan semacam ini yang sedang diperjuangkan oleh orang Papua Barat dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat ini? Marilah kita mencari jawabannya secara bersama.

3. Dari Penjajahan ke Kemerdekaan?

Alasan berdirinya negera-negara merdeka di seluruh belahan dunia ini mempunyai sejarah yang sama yaitu lepas dari proses penjajahan. Hal ini dialami oleh sebagian besar negara jajahan di dunia ini, kecuali beberapa negara di Eropa dan Amerika yang merdeka tanpa sebab penjajahan. Penjajahan dalam hal ini merupakan kolonialisasi terhadap bangsa lain oleh negara-negara Eropa.

Puncak kolonialisasi diawali ketika adanya Revolusi Industri di Inggris. Kebutuhan bahan mentah yang dibutuhkan sebagai bahan baku industri menjadi pendorong utama keluarnya negara-negara Eropa untuk mencari daerah jajahan sebagai sumber bahan mentah. Selain itu juga didorong oleh keinginan untuk menjadi negara besar dan makmur juga mendorong proses kolonialisasi di berbagai belahan dunia. Dampak dari semuanya ini adalah terjadi proses penjajahan yang panjang terhadap bangsa lain yang pada prinsipnya mencederai nilai kemanusiaan bangsa terjajah tersebut.

Ketika disadari bahwa proses penjajahan merupakan proses pembunuhan nilai kemanusiaan yang melanggar hak individu maupun bangsa, maka muncullah perlawanan-perlawanan rakyat pribumi yang sedang dijajah. Akhirnya, lahirlah keinginan untuk bebas, tetapi tidak pernah berpikir hingga ingin mendirikan negara merdeka. Ketika teori kenegaraan dikenalkan, maka saat itulah muncul keinginan untuk mendirikan negara merdeka. Artinya, ingin merdeka seperti daerah lain yang merdeka, yang juga dilengkapi dengan berbagai perangkat kenegaraan sebagai simbol sahnya sebuah negara yang benar-benar berdaulat. Sehingga, hingga sekarang banyak bermunculan negara-negara di dunia sebagai jawaban atas munculnya teori-teori pemerintahan-kenegaraan tersebut.

Apakah perjuangan kemerdekan Papua Barat juga ingin melepaskan diri dari penjajahan Indonesia dan ingin mendirikan negara merdeka yang lengkap dengan berbagai perangkat negaranya? Apakah perjuangan Papua Barat merdeka juga ingin seperti Amerika Serikat dan Inggris yang telah merdeka dengan berbagai atribut kenegaraannya? Ini tidak salah. Cuma masih ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu. Apakah Papua Barat Merdeka berarti sebatas lepas dari Indonesia? Apakah Papua Barat Merdeka berarti sebatas mempunyai atribut kenegaraan seperti negara lainnya yang mempunyai atribut negaranya pula?

Jika perjuangan Papua Barat merdeka berarti ingin melepaskan diri dari penjajahan, maka saya usulkan : mari kita memberi konsep yang jelas tentang penjajahan itu sendiri terlebih dahulu. Penjajahan itu tidak sebatas Indonesia mencaplok Papua Barat, tidak juga sebatas militer Indonesia membunuh rakyat Papua Barat. Di balik itu masih ada penjajahan dalam bentuk lain. Jangan pikir proses penjajahan di dunia ini telah berakhir dengan lahirnya PBB yang memberikan legitimasi bagi daerah jajahan untuk mendirikan negara merdekanya sendiri. Penjajahan bentuk lama (abad 14-20) telah berakhir tetapi penjajahan model baru telah dimulai. Ingat kata ini baik-baik : penjajahan itu model, waktu dan istilah boleh saja berbeda tetapi itu merupakan dinamika abadi yang akan berlangsung sepanjang masa dan kini pun sedang terjadi di mana-mana. Penjajahan sekarang mempunyai model, istilah dan waktu berbeda dengan penjajahan model lama, tetapi dampaknya sama saja yaitu mengingkari nilai kemanusiaan. Semoga dugaan saya ini tidak salah.

Sehingga, apakah perjuangan kemerdekaan Papua Barat merupakan upaya pembebasan dari penjajahan model, istilah dan waktu yang lama? Ataukah juga penjajahan model, istilah dan waktu yang baru? Atau keduanya? Dalam hal ini pun rupanya kita mempunyai tugas yang berat untuk menjawab pertanyaan : merdeka dari penjajahan model apa, istilah apa dan siapa? Marilah kita berpikir lebih jauh lagi dalam hal ini.

4. Versi Indonesia : Kemelaratan ke Kemakmuran?

Pemikiran yang selalu dibangun oleh Indonesia ketika rakyat Papua Barat menyuarakan aspirasi merdeka adalah “mereka minta pembangunan”. Sebuah aspirasi untuk ingin mendirikan negara merdeka, oleh Indonesia secara sederhana mengartikan dengan sebuah kata sederhana pula, yaitu kecewa. Ya, orang Papua Barat kecewa karena tidak pernah menikmati pembangunan dan kesejahteraan dalam pembangunan itu, maka harus diberikan pembanguan jika mereka meminta merdeka. Mohon diingat, masalahnya tidak semudah itu.

Sangat ironis, ketika Indonesia membangun opini konyol dengan berbicara masalah pembangunan di Papua Barat, maka banyak orang terlena ke dalamnya seakan-akan benar. Banyak orang Papua Barat telah di-stel untuk membenarkan semua perkataan dan tindakan Indonesia di Papua Barat terhadap orang Papua.

Sejarah perjuangan kemerdekaan Papua Barat telah membuktikan bahwa “orang Papua Barat gampang minta merdeka, tetapi gampang pula dijinakan”. Banyak orang yang selama ini memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat, tetapi dalam perjalanan mereka terlena dalam skenario produk Indonesia yang merasuki otak dan hati mereka, akhirnya mereka mengantuk di atas kasur empuk iming-iming Indonesia, selanjutnya tertidur lelab dan bermimpi : kami telah merdeka dari kemelaratan dan kami sekarang telah makmur bersama Indonesia. Sebuah mimpi yang lumayan indah. Tidak gampang.

Akibat bermimpi indah maka mereka yang telah mendapat mandat perjuangan selalu merubah arah jalan dan arah berpikir di tengah jalan. Awalnya berpikir untuk perjuangan kemerdekaan Papua Barat, tetapi di tengah jalan mereka medengar bisikan Indonesa yang mengatakan “orang Papua Barat meminta pembangunan, jadi harus diberikan pembangunan dan inilah kemerdekaan Papua Barat itu”. Akhirnya, para pejuang berpikir bahwa kemerdekaan Papua Barat itu telah terpenuhi. Telah terpenuhi karena Indonesia memberikan kemakmuran dalam pembangunan Papua Barat. Walaupun konsep pembangunan dan kemakmuran bagi orang Papua Barat itu tidak jelas alias kabur, tetapi mereka berkesimpulan Papua Barat telah merdeka bersama Indonesia.

Indonesia dan negara-negara kapitalis yang memperalatnya tidak buta dengan hal ini, mereka tahu watak dan kebutuhan para pejuang Papua Barat, maka mereka memberikan sesuai dengan watak dan kebutuhan para pejuang tersebut. Akhirnya, tanpa berpikir dan tanpa merasa mengatakan : Papua Barat telah merdeka dalam bingkai NKRI. Hal semacam ini saya lihat sedang dibangun secara kabur dalam gerak langkah perjuangan DAP dan tanggapan terhadap masalah adat, SDA, MRP dan lainnya. Saya kwatir, jangan sampai kita mengambil setingan politik yang salah, yang pada akhirnya kita bisa berkesimpulan juga : kita telah merdeka bersama NKRI. Tolong hati-hati dalam memainkan jurus-jurus politk oleh DAP dan lainnya. Apakah Papua Barat telah merdeka bersama Indonesia? Dalam hal ini pun kita masih belum sadar, marilah kita berpikir lebih jauh.* * *

Telah kita bahas di atas empat hal yang menjadi arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat yang ingin dicapai ke depan, yang selalu kita dambahkan. Tetapi, dambahan kita itu hanya kita pahami secara sepotong-sepotong alias tidak mendalam. Sehingga kita merasa cuma itu yang kita butuhkan, padahal ada “hal lebih” yang harus kita perjuangkan ke depan.

Jadi, sesungguhnya kita tidak sekedar ingin meraih ke empat hal pokok itu, sehingga kita juga tidak sekedar untuk memperjuangkan empat hal tersebut. Masih ada hal lebih yang harus kita raih dalam arah perjuangan kita ke depan. Hal-hal itu akan kita bahas dalam tulisan selanjutnya.* * *

C. Mengartikan Perjalanan Papua Barat Merdeka

Perjalanan panjang perjuangan kemerdekaan Papua Barat sungguh sangat melelahkan. Cukup banyak perjuangan yang selama ini dilakukan oleh berbagai pihak dengan berbagai cara, tetapi kemerdekaan itu tidak pernah tiba. Semuanya ini menyebabkan munculnya banyak efek yang buruk. Ada yang merasa bosan, ada yang merasa kecewa, ada yang merasa marah, ada yang merasa sedih hingga ada yang akhirnya menghina Tuhan sebagai Seseorang yang tidak punya kasih dan cinta. Saya pikir semuanya itu wajar saja terjadi. Siapun dia sebagai manusia tentu mempunyai banyak pikiran untuk menghadapi fenomena kehidupan ini.

Jika kemerdekaan itu tidak pernah tiba, maka kita harus bertanya : mengapa tidak pernah tiba walaupun kita telah memperjuangkannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mempunyai beberapa alasan yang selalu menghalangi kemerdekaan tersebut. Hal-hal yang selalu menghalangi gerakan perlawanan tersebut selalu memancing orang Papua Barat untuk menerimanya. Hal-hal tersebut mempunyai daya tarik yang luar biasa, bisa menjatuhkan mental perjuangan, bisa mengelabui manusia, bisa mengendalikan pikiran dan perasaan kita, akhirnya kita bisa berargumen : ah, kita terima ini juga tidak masalah, soalnya enak sih. Memang, hal-hal yang selama ini menghalangi perjuangan kemerdekaan Papua Barat tersebut bisa membuat orang Papua Barat terlena ke dalamnya, seakan-akan itu hal yang sedang kita perjuangkan.

Ada beberapa hal yang selama ini mengalihkan perjuangan kemerdekaan kita. Pertama, kolonialisme (teori konspirasi atau teori 3G). Hal ini menyebabkan orang Papua Barat terlena ke dalamnya sehingga seakan-akan lupa untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat. Teori ini akan melihat bagaimana sebenarnya kolonialisme itu berjalan dengan sangat sistematis, yang akhirnya bisa kita rasakan seakan-akan baik dan benar. Kedua, Neoliberalisme. Kata ini sering diikuti dengan berbagai kata manis, misalnya pembangunan. Akhirnya menjadi “atas nama pembangunan”. Orang Papua Barat dalam memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat sering tertipu dengan kata ini. Akhirnya orang Papua Barat merasa benar ada pembangunan di Papua Barat, sehiangga semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan sering hilang. Tetapi kita akan melihat “makna apa” yang terkandung di dalamnya. Ketiga, Indonesia. Negara ini selalu menipu rakyat Papua Barat dengan berbagai pemikiran dan tindakan penipuan yang licik. Seakan-akan mereka mencintai orang Papua Barat. Tetapi kita juga akan melihat apa yang sebenarnya ingin didapatkan dari Papua Barat. Ada apa di balik senyum manis dan cinta Indonesia untuk orang Papua Barat? Keempat, PAPINDO. Istilah ini saya pinjam dari Sem Karoba dkk, yang artinya Papua-Indonesia untuk mengartikan orang Papua Barat yang “ke-Indonesia-Indonesia-an” (seakan-akan seperti orang Indonesia). Kita akan melihat gerak langkah buruk mereka dalam menghambat perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Kelima, pejuang Papua Barat. Pada bagian ini kita akan mengulas pejuang Papua Barat yang dalam perjuangan selalu berpikir dan memperjuangkan kemerdekaan, tetapi di balik itu mereka mencari makan. Mereka ini saya identikan dengan istilah “panas-panas tahi ayam”. Mereka lebih suka memulai perjuangan, tetapi tidak pernah mengakhiri perjuangan. Kita akan melihat sepak terjang mereka selama ini.

1. Kolonialisme : Teori 3G (Gold, Glory dan Gospel)

Teori 3G (Gold, Glory dan Gospel) ini sering juga disebut Teori Konspirasi, juga disebut “Teori Cari Makan”. Teori ini bercerita tentang bagaimana kolonialisme itu dilahirkan dan dijalankan di seluruh belahan dunia. Dalam realisasi kolonialisme itu didorong oleh tiga kepentingan besar. Pertama, kepentingan Gold (emas). Kepetingan ini identik dengan upaya mencari kekayaan. Kedua, kepentingan Glory (kemuliaan, kejayaan). Kepentingan ini identik dengan upaya mencari kejayaan, kemuliaan atau nama baik sebuah bangsa yang menjalankan aksi kolonisasi. Ketiga, kepentingan Gospel (Ajaran, Injil). Kepentingan ini identik dengan upaya penyebaran Injil ke seluruh belahan dunia.

Teori Konspirasi berpendapat ketiga hal ini (Gold, Glory dan Gospel) dijalankan dalam upaya mencari makan. Pertama didahului oleh penyebaran Injil ke seluruh belahan dunia. Penyebaran ini dengan maksud untuk menjinakkan atau melunakan perasaan manusia atau sebuah bangsa. Kemudian setelah otak dan hatinya dilunakan, maka belakangan diikuti oleh para pedagang dan militer yang akhirnya mendirikan pemerintah negara jajahan dan membentuk wadah-wadah perdagangan. Setelah semua ini berjalan secara sistematis, maka selanjutnya Gospel berfungsi untuk selalu menjaga penduduk terjajah agar tidak melakukan perlawana sebab “akan ada pembalasan di Sorga”. Kemudian pemerintah negara jajahan menjalankan aksi penindasan, di samping itu para pedagang lewat wadah ekonomi kolonial menjalankan pengeruhkan kekayaan alam.

Teori Konspirasi ini hingga sekarang belum terbantahkan. Kebenaran teori ini tidak bisa digugurkan dengan teori apapun, karena teori ini dibangun dengan data empirik yang pernah terjadi dalam sejarah dan kini juga sedang terjadi di beberapa belahan dunia. Sehingga, dalam hal hubungan dengan Gospel, yang salah bukan Tuhan Yesus, tetapi orang yang mempunyai kepentingan untuk memperalat Gospel itu sendiri. Tetapi, sejarah membuktikan bahwa Injil telah mengambil alih dalam proses kolonialisme.

Dalam konteks Papua Barat, Teori Konspirasi ini telah terjadi secara empirik dalam sejarah masa silam dan kini pun sedang terjadi. Dahulu Injil diwartakan hingga ke Papua Barat, kemudian diikuti dengan pendirian pos pemerintahan yang selanjutnya menjalankan aksi penjajahan kemudian mengeruk kekayaan alam Papua Barat.

Terbuktinya Teori Konspirasi ini di Papua Barat, secara singkat dapat kita gambarkan sebagai berikut. Awalnya Injil masuk di Pulau Mansinam kemudian seterusnya hingga ke seluruh Papua Barat. Pewartaan yang dijalankan adalah dengan menyuruh pemusnahan semua peralatan nenek moyang dengan alasan itu barang-barang berhala. Setelah semua barang berbudaya dihancurkan, maka selanjutnya dilakukan penjinakan karakter orang Papua Barat yang selalu dididik untuk menjadi manusia tipe “percaya saja” tanpa bertanya ini dan itu, apalagi memberontak. Kemudian, orang Papua Barat disuruh menerima pemerintah kolonial Belanda sebagai “wakil Tuhan”. Selajnjutnya wakil Tuhan ini menjalankan pengerukan kekayaan alam. Ketika orang Papua Barat marah dan memberontak, Gospel mengajarkan “jangan mengejar kekayaan duniawi, sebab upahmu besar di Sorga”. Dengan kata lain Gospel berkata : patuhilah semua yang dilakukan oleh pemerintah sebagai wakil Tuhan, sebab dia menjalankan semua kehendak Tuhan. Begitu seterusnya sandiwara “mencari makan” ini dijalankan atas nama Tuhan di Papua Barat.

Bagaimana dengan sekarang? Teori Konspirasi ini hingga sekarang masih diterapkan di Papua Barat dengan aktor yang berbeda, tetapi hakekat teorinya sama saja yaitu untuk mencari makan. Ketika orang Papua Barat menyuarahkan tuntutan Papua Barat merdeka, pada kesempatan itu banyak bermunculan ”nabi-nabi kesiangan” yang banyak berteori tentang Tuhan. Mereka suka menjinakkan rakyat yang tertindas, tetapi pada saat yang sama mereka diam jika ada pembasmian rakyat Papua Barat di depan mata mereka. Mereka membenarkan tindakan kejahatan pemerintah dan para komprador ekonomi, tetapi mereka membujuk rakyat yang hidupnya terancam oleh pemerintah yang mereka taati sebagai wakil Tuhan. Ketika para komprador ekonomi mengeruk kekayaan alam milik rakyat Papua Barat, para nabi kesiangan itu membujuk rakyat “jangan mencari kekayaan di dunia ini, sebab upahmu besar di Sorga”. Jika demikian, kita mesti bertanya : mengapa Sabda itu tidak disampaikan kepada para penguras kekayaan alam itu sendiri? Ataukah Sabda itu hanya berlaku untuk kaum lemah? Jika ya, apakah orang-orang yang mencari makan itu bukan manusia? Ataukah nilai kemanusiaan antara kaum lemah dan orang-orang yang mencari makan itu berbeda?

Sesungguhnya dalam kolonialisme selalu disertai dengan beberapa tindakan penjajahan. Untuk menguasai sebuah wilayah (bangsa) maka awalnya dilakukan dengan upaya penjinakan oleh Gospel. Kemudian disertai dengan beberapa tindakan penjinakkan lain, misalnya, pemusnahan alat-alat budaya, pemusnahan makanan, pemusnahan bahasa, pemusnahan watak dan karakter bangsa. Dengan memusnahkan semuanya ini, maka musnahlah sudah pegangan hidup dan kekuatan sebuah bangsa, sehingga tindakan selanjutnya adalah penjajahan itu berjalan secara polos, seakan-akan tindakan penjajahan itu baik dan benar. Sehingga penduduk bangsa terjajah pun akhirnya akan membenarkan tindakan penjajahan itu, sebab memang mereka telah “dibuat” untuk percaya, tetapi tidak pernah dididik untuk “berpikir”.

Dampak dari adanya upaya mencari makan oleh negara-negara penjajah di zaman kolonialisme ini dapat kita lihat sekarang. Banyak orang Papua Barat akan marah jika kita mangatakan Gereja itu tidak baik, atau barangkali kita bilang Injil telah mengambil bagian dalam proses kololialisasi di Papua Barat. Tetapi saya mau bilang : ketika Anda marah, maka itu menunjukkan bahwa Anda memang “dibuat” untuk marah oleh Injil itu sendiri. Tindakan marah Anda itu telah membuktikan bahwa Anda membenarkan tindakan kolonialisasi, sehigga saya tidak perlu memberikan contoh yang jauh-jauh. Cukuplah Anda menilai diri Anda ketika saya berkata : Injil digunakan untuk mencari makan. Kalau perasaan marah yang muncul di pikiran dan hati Anda, maka lihatlah dirimu bahwa Anda adalah manusia produk kolonia itu sendiri. Tidak rumit untuk menilai bagaimana tipe manusia yang di-stel untuk menjadi manusia yang taat kepada kolonialisme kan?

Teori Konspirasi telah membuktikan kebenaran ilmiahnya bahwa proses mencari makan di berbagai belahan dunia ini telah terbukti dengan peranan tiga kekuatan yang saling menguntungkan. Satu kekuatan memuluskan kekuatan lainnya untuk melakukan aksi kolonialisme. Dan hal itu berjalan secara sistematis, sehingga semua orang yang sedang terjajah pun dibuat tidak sadar, sebaliknya dibuat percaya dan membenarkan aksi penjajahan itu sendiri. Sungguh, sebuah sandiwara yang luar biasa hebatnya. Orang Papua Barat pun sedang berputar-putar di sini tanpa langkah maju dan mundur. Jika tidak ada langkah maju dan mundur, maka ke mana kita mau giring perjuangan Papua Barat Merdeka? Barangkali di sinilah kita mau merdeka, ya, di sini, di titik kesialan yang amat fatal ini.

2. Neo-Liberalisme : Atas Nama Pembangunan

Jika dahulu kolonialisme dijalankan atas nama Gospel, kini kolonialisme dijalankan atas nama Pembangunan. Pembangunan ini pun dibungkus dengan berbagai wacana manis, seperti : demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum, civil society, good governance dan lainnya. Sesungguhnya penjajahan dahulu dan sekarang sama saja, cuma yang berbeda adalah model, istilah dan waktu serta tempat berlindung aksi penjajahan itu sendiri. Sedangkan dampak penjajahan untuk selamanya sama saja yaitu pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan.

Ketika wacana hak asasi manusia dimunculkan yang dampaknya melahirkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kolonialisme kehilangan arah untuk menjalankan aksi kolonialisasinya. Tetapi, sesugguhnya bukan berarti bahwa negara-negara kolonia kehilangan akal, bukan pula negara-negara yang mencetuskan ide hak asasi manusia dan melahirkan PBB merupakan golongan yang benci kolonialisme. Satu hal yang mereka takutkan adalah mereka mendapat kecaman dari hampir semua manusi di seluruh belahan dunia. Karena itu mereka mengubah kolonialisme lama menjadi baru. Yang dirubah adalah model, istilah dan waktu. Tetapi pada prinsipnya mereka tetap mencari makan dengan cara menjajah walau dengan model, istilah dan waktu yang baru.

Model penjajahan lama adalah dengan cara keras dan kasar, model penajahan baru adalah dengan cara halus. Istilah penjajahan lama adalah kolonialisme, istilah penjajahan baru adalah Neo-liberalisme atau Developmentalisme (pembangunan-isme). Penjajahan modal lama berlangsung pada masa yang silam, tetapi penjajahan baru kini sedang berlangsung. Dampak penjajahan lama adalah penderitaan secara langsung, dampak penjajahan baru adalah penderitaan di waktu yang akan datang (dibuat seakan-akan tidak menderita), sehingga banyak orang terlena ke dalamnya. Inilah wajah penjajahan modern.

Bagaimana dengan penerapan Neo-Liberalisme di Papua Barat? Neo-Liberalisme di Papua Barat telah berlangsung secara sistematis. Penjajahan model ini membuat orang Papua Barat tidak sadar akan dampak buruknya, sebaliknya orang Papua Barat sangat bersuka ria untuk menyambutnya. Ya, menyambut sesuatu yang namanya pembangunan. Sebuah kata yang membuat semua orang Papua Barat untuk menyebut dengan bangga. Contohnya, suatu ketika saya bertanya kepada teman saya yang berasal dari Manokwari : kamu suka dengan pemekaran Propinsi Irian Jaya Barat? Dia menjawab : Ya, saya suka, karena saya rindu “pembangunan”. Saya ingin Manokwari mempunyai banyak jalan raya, mobil mewah, jembatan layang, KFC, hotel, mall dan lainnya. Yang dia pahami dengan pembangunan adalah “yang ada di depan mata”. Hampir semua orang Papua Barat berpikir seperti itu.

Satu hal yang tidak disadari oleh orang Papua Barat adalah : siapa yang lebih untung dengan adanya hotel, jembatan layang, mall, KFC, mobil mewah dan lainnya? Kemudian, apakah orang Papua Barat sadar bagaimana proses perputaran penjajahan model baru itu dalam kehidupan sehari-hari yang nampak di depan mata lewat adanya hotel, jalan raya, mall, mobil mewah dan lainnya? Tetapi, tanang saja. Soalnya dalam penjajahan model baru yang berwacana pembangunan itu kita memang tidak diberi kesempatan untuk berpikir, tetapi diberi kesempatan untuk menerima semuanya dengan setia. Semuanya telah diformat seakan-akan baik dan benar, seakan-akan manusiawi, seakan-akan menghargai hukum, seakan-akan memberi kesejahteraan, seakan-akan kita berbahagia dan seakan-akan menghargai Tuhan. Semuanya seakan-akan ini dan itu, tetapi dibalik itu orang Papua Barat tidak pernah sadar bahwa “kita menjadi boneka mainan penjajah”.

Jika pembangunan dijalankan di Papua Barat, mengapa hasil tambang PT. Freeport Indonesia hanya menumpuk Rupiah di Jakarta dan Dollar di New Orsland? Terus apakah LPMAK dan mahasiswa yang dapat beasiswa harus bangga dengan hak ulayat 1 %? Jangan takut. Membuka perusahan penambangan seperti PT. Freeport Indonesia juga namanya pembangunan di Papua Barat. Jika Otonomi Khusus bertujuan untuk mensejahterakan orang Papua Barat, mengapa orang Papua Barat masih meralat dalam lumbung uang? Tenang saja. Otonomi Khusus juga pembangunan di Papua Barat. Jika pemekaran propinsi Irian Jaya Barat bertujuan untuk mempercepat pembangunan, mengapa sebaliknya proses lahirnya propinsi Irian Jaya Barat tidak berjalan mulus? Santai saja. Pembanguan sekarang memang berlindung di balik hukum. Jika orang Papua Barat meminta merdeka, mengapa Amerika Serikat dan Uni Eropa mengatakan Otonomi Khusus adalah jalan terbaik sebab di sana ada pembangunan? Karena mereka mempunyai kepentingan dalam Otonomi Khusus. Ingat, watak penjajahan Amerika Serikat dan Uni Eropa belum berubah, sehingga nafsu menjajah itu ingin mereka terapkan di Papua Barat “atas nama Pembangunan”.

Karena penjajahan model baru dilakukan atas nama pembangunan, maka orang Papua Barat dengan bersuka ria menyambutnya. Orang Papua Barat dibuat tidak sadar dengan pembangunan itu sendiri karena pembangunan selalu dibangun dengan kata-kata manis, seperti meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, mengurangi pengangguran, memberikan pelayanan publik, pembasmi buta huruf, mengurangi angka kematian dan beribu kata manis lainnya. Tentu saja kata-kata manis ini menggiurkan hati dan membangkitkan semangat, sehingga membeci pembangunan merupakan hal yang mustahil.

Jika semuanya seperti itu, beberapa pertanyaan yang belum terjawab oleh orang Papua Barat hingga sekarang adalah : dalam pembangunan itu siapa yang paling untung? Apakah orang Papua Barat sedang dibangun atau diruntuhkan atan nama pembangunan? Apakah pembangunan itu benar-benar menghargai nilai kemanusiaan? Apakah pembangunan itu upaya belas kasihan Indonesia dan negara-negara kapitalis? Apakah orang Papua Barat yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah ruah dalam pembangunan harus butuh pembangunan yang mematikan itu? Jika ya, pembangunan dari apa ke apa dan untuk siapa?

Tetapi sial. Kita tidak mempunyai kemampuan untuk menjawab beberapa pertanyaan sederhana di atas ini. Memang dalam pembangunan kita telah dibuat malas untuk berpikir, sehingga tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan di atas. Sebaliknya, kita telah diseting untuk rajin terlena dan taat terhadap pembangunan itu sendiri. Buktinya? Lihat saja sekarang : orang Papua Barat sedang terlena di dalam apa? Sungguh, kita sedang dalam proses penjajahan yang seakan-akan baik dan benar. Ya, beginilah namanya penjajahan modern itu. Dia bernama “Pembangunan-isme”, yang seakan-akan menghargai kemanusiaan, hukum dan demokrasi. Orang Papua Barat sedang terlena dalam lobang kesialan ini pula.

3. Indonesia : Membasmi Manusia, Mengeruk Kekayaan

Di asrama Papua Kamasan I Yogyakarta, pada suatu kesempatan saya menyaksikan perilaku penghuni asrama yang sedang menyaksikan pertandinngan sepak bola Pra Piala Dunia Indonesia vs Arab Saudi. Satu hal yang sangat menonjol di kalangan penghuni asrama saat itu adalah “sikap membela Indonesia”. Mereka berteriak jika ada kesalahan yang dilakukan oleh pemain Arab Saudi terhadap pemain Indonesia, tetapi mereka akan membenarkan sikap pemain Indonesia yang melakukan kesalahan terhadap pemain Arab Saudi. Muncul beberapa pertanyaan dalam lubuk hati saya : apakah mereka sadar bahwa mereka adalah orang Indonesia? Atau karena mereka orang Papua Barat yang hidup di pulau Jawa (Indonesia) sehingga mereka membela mati-matian pemain Indonesia entah “benar” atau “salah”? Ini cuma sebuah pengamatan saya sepintas, silakan kita tentukan sendiri mengapa hal semacam ini bisa terjadi.

Dalam banyak hal orang Papua Barat sangat suka membenarkan Indonesia. Banyak orang Papua Barat membenarkan pendudukan Indonesia di Papua Barat. Banyak orang Papua Barat lebih suka mengatakan jangan kita melihat sejarah buruk masa lalu dalam proses integrasi dengan Indonesia, sebaliknya mereka lebih suka mengatakan menerima hasil pembangunan bersama Indonesia sekarang karena “kita orang Indonesia”. Memang kita sekarang sedang bersama orang Indonesia di negara Indonesia, tetapi apakah proses kita menjadi orang Indonesia itu telah berjalan dengan benar dan adil? Kita pun harus bertanya : apakah kita adalah orang Papua Barat yang ada di Indonesia? Atau memang orang Indonesia? Kita tidak pernah berpikir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, karena memang kita dididik oleh Indonesia untuk “taat” tetapi tidak pernah dididik untuk “berpikir”. Sehingga kita menjadi kerbau-kerbau bertampang manusia yang digiring ke sana ke mari untuk membajak sawah Indonesia. Ironisnya, kita bangga menjadi kerbau-kerbau bertampang manusia itu.

Untuk memahami apa sesungguhnya yang diinginkan oleh Indonesia di Papua Barat, silakan simak pernyataan Ali Murtopo – perancang PEPERA dan orang kepercayaan Soeharto – berikut ini : jika kamu orang Papua ingin merdeka, pergilah mengemis kepada Amerika dan meminta salah satu pulau di Fasifik atau pergilah ke bulan dan dirikan negara Papua di sana. Sebab kami tidak butuh orang Papua, tetapi kami butuh tanah Papua. Pernyataan ini dikemukakan oleh seorang militer. Budaya militer adalah budaya loyal dan taat kepada atasan. Sehingga apa yang telah dikemukakan oleh Ali Murtopo adalah bukan pernyataan pribadi, tetapi ini merupakan pernyataan atasannya, Soeharto atau lebih tepatnya adalah pernyataan negara Indonesia. Mengapa ini pernyataan negara? Karena era Orde Baru, Soeharto mengindetikan diri sebagai negara. Rumusnya : negara + pemerintah = Soeharto. Inilah rumus personifikasi negara model Orde Baru.

Dengan demikian, sesungguhnya yang dibutuhkan oleh Indonesia dengan mencaplok Papua Barat adalah “Tanah Papua Barat”, bukan manusia Papua Barat. Bagi Indonesia, orang Papua Barat sama sekali tidak ada harganya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan titel-titel yang diberikan kepada orang Papua Barat, misalnya dengan menyebut orang Papua Barat sebagai manusia zaman lobang batu, manusia kera, manusia yang mendekati alam binatang, bodoh, buta huruf, kotor, busuk dan lainnya. Apakah orang Papua Barat yang selama ini selalu membela Indonesia dengan mati-matian bangga dengan semua titel yang diberikan oleh Indonesia ini? Pemberian titel ini dengan maksud agar Indonesia bisa bertindak sebagai guru yang bisa mendidik, membina, membersihkan dan menyehatkan orang Papua Barat yang mereka lumurih dengan kotoran dan penyakit titel-titel gombal tersebut. Selanjutnya mereka mendidik orang Papua Barat supaya bisa menjadi orang Indonesia, tetapi orang Papua Barat yang masih nakal dan tidak ingin menjadi orang Indonesia selalu dilenyapkan oleh militer Indonesia. Semuanya ini dilakukan oleh Indonesia supaya orang Papua Babar bisa menjadi orang Indonesia yang baik dan taat kepada mereka.

Ciri-ciri orang Papua Barat yang taat kepada Indonesia (yang telah di- Indonesia-kan) adalah orang yang tidak pernah merontak kepada Indonesia, yang selalu diam saja kalau ada pembunuhan terhadap saudaranya, yang selalu cari uang dan jabatan dalam era Otonomi Khusus, yang selalu menjadi pengkhianat, yang selalu berkhotbah untuk tidak membenci orang Indonesia, yang selalu bangga dengan semua kebijakan politik di Papua Barat, yang selalu bicara pemekaran propinsi dan kabupaten, akhirnya yang selalu mudah diiming-imingi dengan hal-hal murahan. Sekarang tidak susah kan untuk menemukan orang Papua Barat yang di-Indonesia-kan di Papua Barat? Silakan Anda menilai siapa-siapa yang telah masuk dalam kategori ini.

Sebaliknya, ciri-ciri ”Orang Papua Barat Asli” adalah mereka yang selalu memberontak, yang selalu menolak jabatan dan uang Indonesia, yang selalu menantang kebijakan politik Indonesia, yang selalu bergerilya di hutan rimba, yang selalu menantang pemekaran propinsi dan kabupaten, akhirnya yang selalu berpikir dan berjuang untuk kemerdekaan Papua Barat. Dalam hal ini juga tidak sulit kan untuk menilai siapa-siapa yang masuk dalam kategori orang Papua Barat Asli? Silakan Anda menilai siapa-siapa yang masuk dalam kategori ini.

Tetapi sangat sial, kebanyakan dari kita lebih suka mengikuti kemauan Indonesia. Kita lebih suka mendengar ke Jakarta dari pada membela saudara kita yang dibantai, lebih suka menghormati Indonesia dari pada mempertahankan sepanggal tanah dan segala isinya yang sedang dirampok oleh Indonesia, lebih suka menerima ampas kekayaan alam negeri kita dari pada mengusir para perampok kekayaan alam tersebut. Semuanya ini menyebabkan orang Papua Barat selalu membenarkan upaya pengurasan tanah Papua Barat oleh Indonesia, lebih suka membenarkan tindakan pembataian rakyat Papua Barat secara sistematis oleh Indonesia. Saya tidak merasa heran dengan semuanya ini, karena memang orang Papua Barat dididik oleh Indonesia untuk “taat” tetapi tidak pernah dididik untuk “berpikir”. Ya, kita pun akan mati dalam kesialan ini.

3. PAPINDO : Terlena dalam Kebahagiaan Semu

Telah kita lihat di atas bahwa ciri-ciri orang Papua Barat yang telah di-Indonesia-kan adalah orang yang tidak pernah merontak kepada Indonesia, yang selalu diam saja kalau ada pembunuhan terhadap saudaranya, yang selalu cari uang dan jabatan dalam era Otonomi Khusus, yang selalu menjadi pengkhianat, yang selalu berkhotbah untuk tidak membenci orang Indoesia, yang selalu bangga dengan semua kebijakan politik di Papua Barat, yang selalu bicara pemekaran propinsi dan kabupaten, akhirnya yang selalu mudah diiming-imingi dengan hal-hal murahan. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana mereka terlena dalam sebuah kebahagiaan semu. Mereka rasa mereka telah menemukan hidup yang sebenarnya, mereka rasa mereka telah merdeka bersama Indonesia, tetapi kita akan lihat sejauh mana kebahagiaan dan kemerdekaan versi mereka itu bisa menjamin kebahagiaan hakikih mereka dan juga bagaimana kegagalan mereka dalam memikul beban sejarah sebagai bangsa Papua Barat.

Golongan Papindo ini berasal dari berbagai latar belakang budaya, agama, profesi, usia dan lainnya. Artinya hampir semua orang Papua Barat dari berbagai macam latar belakang telah menjadi golongan Papindo (Papua-Indonesia). Sehingga jalur kerja mereka dalam menjalankan aksi kebahagiaan semu adalah poros Jakarta-Port Numbay. Aksi yang merak jalankan untuk mengejar kebahagiaan semua adalah dengan menanamkan pengaruh di Jakarta terutama di kantor Departemen Dalam Negeri, kantor Badan Intelijen Negara, Istana Merdeka, Markas Besar TNI/POLRI dan tempat-tempat strategis lainnya yang bisa memungkinkan mereka dapat memperoleh kebahagiaan semu. Kemudian sebagai teknis pelaksanaannya, mereka menanamkan pengaruh lewat Kantor Gubernur Dok II, Mapolda Papua, Makodam dan tempat strategis lainnya. Setelah poros Jakarta-Port Numbay mereka kuasai, maka selanjutnya mereka mendapat hasil kerjanya dengan terlena ke dalam kebahagiaan semu tersebut.

Golongan Papindo selama ini banyak melakukan dosa besar terhadap saudara-saudarinya sendiri di Papua Barat. Mereka lebih suka mengurus pemekaran propinsi dan kabupaten, lebih suka mengurus Otonomi Khusus dan MRP, lebih suka mengurus perusahan dan lainnya yang pada prinsipnya bisa memberikan kebahagiaan bagi kehidupan mereka. Semua yang mereka lakukan ini sesungguhnya telah memalangkan nasib orang Papua Barat sendiri. Tetapi sialnya banyak orang Papua Barat yang suka mengikuti gerak langka mereka. Soalnya yang nampak di muka adalah kebahagiaan dalam mendapatkan jawabatan dan uang.

Tetapi, sesugguhnya golongan Papindo telah gagal dalam memaknai hidup mereka yang sebenarnya. Secara pribadi mereka pasti berbahagia, tetapi secara kelompok mereka telah memalangkan nasib bangsanya sendiri dan nenek moyang yang telah meng-ada-kan mereka di Papua Barat. Mereka gagal memikul beban sejarah, mereka gagal menjadi orang Papua Barat yang tulen, mereka gagal menunjukkan diri sebagai orang Papua Barat, akhirnya mereka juga gagal kalau mereka itu sebagai manusia yang mempunyai bangsa yang bernama Papua Barat. Jika mau sadar, sesungguhnya budaya Papua Barat adalah budaya komunal, sehingga mencari kebahagiaan dengan menggadaikan diri secara pribadi merupakan sebuah dosa besar terhadap adat dan leluhur bangsa Papua Barat.

Sehingga, apakah kebahagiaan yang mereka dapatkan dengan cara menggadaikan diri serta bangsa Papua Barat tersebut merupakan jaminan kebahagiaan selamanya dalam hidup mereka? Entahlah. Tetapi, jika nenek moyang mereka yang telah mati tertimbun tanah beratus-ratus tahun lalu bisa berbicara, maka mereka akan berkata : engkau anak durhaka, engkau pengkhianat bangsamu, sebab kehidupan kita yang sesungguhnya adalah kehidupan bersama. Sesungguhnya engkau telah mati dalam hidupmu, sehingga kebahagiaanmu adalah kebahagiaan semu yang sungguh mematikan.

4. Pejuang Papua Barat : Golongan Panas-Panas Tahi Ayam.

Sejarah perjuangan kemerdekaan Papua Barat telah membuktikan bahwa : banyak orang Papua Barat suka untuk memulai perjuangan, tetapi tidak pernah menyelesaikan perjuangan itu hingga tujuan akhir. Banyak orang Papua Barat yang mempunyai ambisi besar untuk menjadi pimpinan organisasi perjuangan, tetapi tidak pernah menyelesaikan tugas kepemimpinan, malah di tengah jalan berubah haluan dan menggiring organisasi tersebut ke dalam bingkai kejahatan produk penjajah.

Karena golongan ini mendapatkan mandat perjuangan dari rakyat Papua Barat, maka sudah tentu mereka menjalankan perjuangan kemerdekaan atas nama rakyat dan untuk rakyat. Perjuangan apapun yang mereka lakukan selalu menggiring nasib dan bangsa Papua Barat ke arah perjuangan tersebut. Entah mau masuk jurang atau mau memanjat tebing, nama rakyat dan bangsa tetap melepakat pada diri mekeka. Sehingga, ini merupakan perjuangan sadar yang mereka lakukan. Yang kenjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah benar mereka mempunyai keteguhan hati dan kejernihan berpikir dalam perjuangan kemerdekaan tersebut? Sejarah membuktikan bahwa mereka “pahas-panas tahi ayam”, cepat panas dan cepat dingin.

Ada dua sebab yang mendorong mereka untuk merubah haluan perjuangan dari perjuangan kemerdekaan menjadi perjuangan kepentingan perut secara pribadi. Pertama, tidak punya keteguhan hati dan kejernihan otak dalam perjuangan. Kedua, rasa nasionalisme dan patriotisme yang dangkal. Kedua hal tersebut menyebabkan para pejuang kemerdekaan menjadi manusia tidak tetap pendiriannya, kata orang bijak seperi “air di daun talas”. Karena tidak punya keteguhan hati dan kejernihan otak, maka mereka gampang dipengaruhi oleh apa saja dan siapa saja, terutama jika diberikan iming-iming jabatan dan uang. Selanjutnya karena tidak punya rasa nasionalisme dan patriotisme yang kuat, maka mereka berjuang secara asal-asalan saja, bahkan repotnya mereka dengan mudah memperalat organisasi perjuangan tersebut sebagai “wadah mencari makan”.

Contoh nyatanya, lihat saja siapa yang berurusan dengan PT. Freeport Indonesia dan Brithis Petroleum, lihat saja siapa yang sedang bermesra di Kantor Gubernur Dok II Jayapura, lihat saja mahasiswa yang kini mulai loyo, lihat saja agamawan yang sekarang bicara Otonomi Khusus dan MRP, lihat saja siapa saja yang suka bicara kepentingan Indonesia. Mereka semua adalah orang yang dahulu mengklaim diri sebagai pemimpin perjuangan yang telah mendapatkan mandat perjuangan, atau barangkali pernah memikirkan perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Lalu, mengapa mereka kini telah berubah haluan perjuangan? Apapun yang mereka perjuangkan, selalu saja mereka mangatakan “atas nama rakyat”. Ya, mencari makan atas nama rakyat Papua Barat, pada akhirnya menelan makanan tersebut ke dalam perut pun atas nama rakyat, sehingga nasib rakyat pun tertelan yang akhirnya dibuang ke dalam toilet dalam bentuk tahi. Lalu, siapa yang untung? Apakah yang salah adalah rakyat pemberi mandat atau penerima mandat? Ini dosa siapa dan ini salah siapa?

Siapapun orang Papua Barat, yang diketahui oleh orang Indonesia adalah kumpulan orang yang panas-panas tahi ayam, cepat panas dan cepat dingin. Cepat minta merdeka dan cepat puas dengan iming-iming Indonesia. Semuanya atas nama rakyat. Rakyat memikul dosa terselubung para pemimpinnya yang melakukan dosa dalam perjuangan ini. Tetapi tidak, biasanya di mana saja bangsa penjajah selalu mencari sisi lemah penduduk daerah jajahan. Sisi lemah orang Papua Barat telah diketahui oleh Indonesia. Pejuang Papua Barat suka uang dan jabatan. Setelah mendapat dua barang ini, selanjutnya melahap dengan rakus bi, bar dan bor. Inilah sisi lemah pejuang kemerdekaan Papua Barat selama ini.

Jika rakyat Papua Barat masih mendukung pejuang berwatak seperti ini, apakah rakyat sadar ke mana mereka sedang menggiring nasib masa depan kita? Jangan-jangan nasib masa depan kita adalah pengkonsumsi abadi bir, bar dan bor. Siapa tahu kita menjadi bangsa yang tanpa masa depan akibat salah jalan para pemimpin perjuangan kita. Bisa jadi kita menjadi bangsa yang berkarakter “panas-panas tahu ayam”, cepat panas cepat dingin. Apakah rakyat Papua Barat ingin mengekor di belakangan para pemimpin yang berwatak demikian? Jika ya, apakah Anda tahu ke mana Anda sedang digiring dalam perjuangannya yang mengatasnamakan rakyat Papua Barat? Sejarah telah bersaksi ke mana sesungguhnya kita digiring bersama mereka. Jangan sampai kita masuk dan keluar dari satu lobang sial ke lobang sial yang lain.

Bagaimanapun juga, Indonesia yang secara nyata menjalankan penjajahan di Papua Barat tahu bagaimana karakter pejuang kemerdekaan Papua Barat. Mereka tahu penyakit teriakan minta merdeka para pejuang, sehingga Indonesia pasti akan menyediakan obat penawar yaitu uang dan jabatan. Keteguhan hati dan kejernihan otak serta nasionalisme dan patriotisme yang sempit adalah penyakit perjuang Papua Barat, maka Indonesia menyediakan obat yang jitu, yaitu “iming-iming yang mematikan”.* * *

Kolonialisme dengan Teori 3G (Gold, Glory dan Gospel), Neo-Liberalisme yang atas nama Pembangunan, Indonesia yang membasmi manusia dan mengeruk kekayaan, PAPINDO yang terlena dalam kebahagiaan semu dan pejuang Papua Barat yang berwatak panas-panas tahi ayam telah menggiring rakyat Papua Barat ke arah malapetaka yang amat fatal. Secara periodik mereka melakukan dosa yang sama dari masa ke masa. Dosa mereka selalu sama saja, walaupun dilakukan dengan model, istilah dan waktu yang berbeda dengan aktor yang berbeda pula.

Keempat kelompok di atas telah menjalankan penjajahan secara sistematis, sehingga memunculkan anggapan bagi rakyat Papua Barat “seakan-akan mereka baik dan benar”. Mereka menutupi kejelekan dan kebusukan mereka dengan Gospel, demokrasi, hak asasi manusia, hukum, pembangunan, mandat dan kepercayaan, pendidikan dan lainnya. Memang penjajahan yang berhasil adalah penjajahan yang mampu mengelabui orang terjajah dengan berbagai taktik penjajahan yang membuat orang daerah jajahan tidak sadar hingga terlena ke dalam penjajahan itu sendiri, seakan-akan penjajahan itu baik dan benar.

Jika melihat keempat hal tersebut, maka orang Papua Barat telah tergiring, terbuai, terlena dan tertidur di dalamnya. Karena telah tertidur, maka kita rasa seakan-akan semuanya itu baik dan benar yang akhirnya kita membenarkan penjajahan itu dengan berbagai cara yang mendukungnya. Tetapi kita tidak sadar dengan semuanya itu. Akhirnya kita hanya bisa bermimpi dalam tidur nyenyak di kasur empuk penjajah : kami telah merdeka bersama mereka, sehingga tidak perlu kita perjuangkan kemerdekaan Papua Barat lagi. Sungguh, sebuah mimpi yang sangat indah.

Semuanya ini dapat kita gambarkan sebagai berikut : orang Papua Barat mempunyai sebuah mangga, Indonesia mempunyai pisau untuk mengupas mangga yang akhirnya mengupas buah bangga tersebut, tetapi buah mangga itu dimakan oleh Amerika Serikat. Pada saat Indonesia mengupas buah mangga, Papua Barat memberikan tepuk tangan supaya mangga itu cepat dikupas, pada saat Amerika Serikat memakan buah mangga tersebut Indonesia dan Papua Barat tidak merasa sedih walau tidak dapat bagian mangga tersebut. Tetapi orang Amerika Serikat berkata kita kan bersaudara, dan kita harus saling menghargai. Akhirnya Indonesia dan Papua Barat menghormati perkataan Amerika Serikat dengan bersuka ria. Dalam ilustrasi singkat di atas, siapa yang paling untung dan siapa yang paling rugi? Anda tentu tahu jawabannya. Begitulah penjajahan lama hingga penjajahan modern dijalankan di seluruh belahan dunia termasuk di Papua Barat.
* * *

D. Arah Perjuangan Yang Benar

Pada bagian A tulisan ini, kita telah melihat sedang dari mana ke mana arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat, yang mana hal itu kita maknai secara sepotong-sepotong dan kabur. Artinya belum ada pemikiran yang jernih ke mana kita sedang melangkah. Sedangkan pada bagian B tulisan ini pula, kita telah melihat pergulatan orang Papua Barat dalam perjuangan kemerdekaannya dari masa penjajahan yang satu ke masa penjajahan yang lain. Artinya, orang Papua Barat menghadapi para penjajah yang berbeda tetapi mempunyai karakter penjajah yang sama yaitu mencederai nilai kemanusiaan, yang mana kita sendiri ikut terjerumus ke dalamnya pula. Selanjutnya kita akan coba melihat bagaimana seharusnya arah perjuangan kita ke depan dan tujuan apa yang hendak kita capai dalam arah perjuangan yang benar tersebut.

Berikut ini akan kita bahas arah perjuangan yang benar - menurut pendapat saya – yang harus kita tempuh serta tujuan akhir dari perjuangan kemerdekaan tersebut. Dengan melihat sejarah kehidupan rakyat Papua Barat silam dan sambil melihat fenomena kehidupan sekarang sambil memprediksi ke arah mana dunia ini sedang digiring sekarang, maka ada empat hal yang yang harus diperjuangkan dan dicapai dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat ke depan. Pertama, menemukan jati diri bangsa yang sesungguhnya. Kedua, developmentalisme yes, contruction no. Ketiga, kami adalah kami untuk selamanya. Keempat, upaya mencari “Someone in the A Place”. Ke keempat arah inilah perjuangan kemerdekaan Papua Barat harus digiring dan bola perjuangan digulirkan.

1. Menemukan Jati Diri Bangsa : Kemanusiaan Yang Asli

Jati diri merupakan nilai manusia yang paling utama yang terkandung di dalam manusia itu sendiri yang tidak bisa dihargakan oleh apapun dan dengan cara apapun, kecuali harus dihargai dan dihormati oleh siapaun dan dengan cara apapun. Jati diri manusia juga merupakan nilai manusia yang paling dalam yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, tetapi hanya bisa dirasakan dengan sentuhan kalbu hati manusia. Jati diri bangsa merupakan kumpulan jati diri manusia yang mempunyai nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihargakan dengan cara apapun dan oleh siapapun, kecuali hanya dapat dipahami oleh tindakan penghormatan terhadap bangsa tersebut.

Dengan melihat begitu pentingnya jati diri bangsa sebagai upaya penghormatan terhadap kemanusiaan asli bagi manusia yang mendiami sebuah bangsa, maka perjuangan kemerdekaan Papua Barat pun harus diarahkan dalam upaya penegakan jati diri bangsa Papua Barat sendiri. Nilai jati diri semua bangsa di mana pun di seluruh belahan dunia selalu sama. Bangsa Indonesia mempunyai jati diri bangsa yang sama dengan bangsa Papua Barat, juga sama dengan jati diri bangsa Mongolia, Yunani, Belanda juga sama pula dengan berbagai bangsa yang mendiami muka bumi ini. Walau ada bangsa yang telah maju, walau masih ada bangsa terjajah, tetapi pada hakekatnya mempunyai jati diri yang sama sebagai bangsa yang sama kedudukan di depan manusia maupun di muka Tuhan.

Perjuangan kemerdekaan Papua Barat bukan sekedar melengkapi diri dengan atribut kenegaraan, bukan sekedar lepas dari Indonesia, bukan sekedar lepas dari kungkungan kapitalis, bukan sekedar mengatur dirinya sendiri, bukan sekedar menjadi negara modern, bukan sekedar dari masa lalu ke masa depan dan bukan pula hidup sendiri sebagai bangsa tanpa campur tangan bangsa lain. Bukan sekedar semuanya itu. Masih ada nilai hakikih yang harus dicari dan diciptakan untuk mendapatkannya. Dia adalah jati diri bangsa itu sendiri. Dia adalah sisi tidak nampak dari panca indera manusia.

Jadi kalau perjuangan kemerdekaan Papua Barat itu hanya sekedar mengejar semua yang nampak dengan panca indera dan sekedar hanya mengikuti langkah negara yang telah merdeka, maka sesungguhnya masih ada sisi lain yang terabaikan. Pengalaman mengajarkan bahwa banyak negara yang telah merdeka, tetapi masih belum menemukan jati diri bangsanya sebagai bangsa yang benar-benar menemukan kemanusiaan yang asli. Amerika Serikat telah merdeka tiga abad yang lalu, tetapi apakah Amerika Serikat didirikan dengan sebuah kesadaran kebangsaan yang tidak mencederai kemanusiaan? Yang benar adalah Amerika Serikat merupakan negara yang didirikan oleh bangsa yang bukan orang Amerika Serikat. Sehingga, sesungguhnya nilai jati diri bangsa Amerika Serikat yang didiami oleh orang Indian belum dihargai hingga saat ini. Apakah perjuangan kemerdekaan Papua Barat juga ingin digiring ke arah seperti Amerika Serikat mendirikan negaranya itu? Jika ya, apakah hingga sekarang Amerika Serikat mempunyai jati diri yang dia agungkan itu? Ataukah Amerika Serikat dibangun dengan kepalsuan dan kebohongan?

Dalam penegakan jati diri bangsa, sama sekali tidak mengenal kepalsuan dan kebohongan. Jati diri bangsa hanya berada di kanvas kemurnian dan ketulusan. Sisi inilah yang harus dicapai oleh orang Papua Barat dalam perjuangan kemerdekaannya. Di Papua Barat tidak hanya ada sisi jasmaniah yang nampak, tetapi masih ada sisi rohaniah yang di dalamnya jati diri sebagai manusia berbangsa itu berada. Dalam upaya inilah perjuangan kemerdekaan Papua Barat itu diarahkan dan diperjuangkan.

2. Development, Yes! Construction, No!

Layaknya negara-negara merdeka di seluruh belahan dunia yan sedang menggalahkan aksi pembangunan nasional, perjuangan Papua Barat untuk merdeka pun harus ke arah pembangunan itu sendiri. Konsep pembangunan dalam konteks ini bukan berarti konsep pembangunan seperti yang diusung oleh negara-negara kapitalisme yang sebenarnya “pura-pura membangun”. Dalam konteks ini adalah pembangunan yang berarti pengembangan (development), bukan merusak dan membangun/bongkar pasang (construction).

Pembangunan ala konsep kapitalisme adalah pembangunan yang mematikan, mengharncurkan, merusak, mencemari dan mencederai. Pembangunan dijalankan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya sambil merusak yang lainnya. Misalnya, kegiatan penggalian barang tambang dalam upaya pembangunan, tetapi pada kesempatan yang sama lingkungan hidup dan keberadaan manusia di sekitar areal pertambangan tidak dihiraukan, malah dibiarkan hancur dan mati. Inilah konsep pembangunan ala kapitalisme. Dalam kapitalisme yang paling penting adalah menguras kepentingan materi yang sebesar-besarnya. Dalam pembangunan ala kapitalisme sama sekali tidak mengenal nilai kemanusiaan karena pembangunan model ini mengejar kepentingan materi tetapi tidak mengejar kepentingan kemanusiaan.

Pembangunan konsep kapitalisme tidak begitu peduli dengan hak asasi manusia, hukum, demokrasi dan apapun, sebaliknya selalu berlindung di belakang semua konsep itu. Konsep-konsep ini malah memberikan jalan mulus untuk aksi pembangunan yang gila-gilaan yang sesungguhnya menghancurkan. Jadi pembangunan dalam kontesk ini bukan berarti setelah menghancurkan kemudian membangun. Yang sebenarnya adalah mengembangkan apa yang telah ada tanpa harus merusak.

Jika perjuangan kemerdekaan Papua Barat mempunyai tujuan untuk pembangunan bangsa, maka terlebih dahulu harus ada konsep pembangunan yang benar-benar mengembangkan, bukan meruntuhkan. Pembangunan bangsa merupakan hal yang tidak bisa terelakan jika Papua Barat telah merdeka, maka pembangunan bangsa yang sebenarnya berwawasan mengembangkan harus mendapat tempat yang tepat dalam konsep pembangunan tersebut. Jika saya bisa menyumbangkan konsep pembangunan ke depan yang harus dipikirkan dalam perjuangan ini, maka saya mempunyai sedikut resep – orang lain juga pernah berpikir seperti saya – pembangunan yang sesungguhnya untuk Papua Barat ke depan. Perjuangan untuk meraih resep seperti inilah yang harus kita pikirkan dan harus diraih dalam perjuangan kita sekarang.

Resep perjungan yang sebenarnya adalah memperhatikan kelangsungan hidup manusia, lingkungan alam dan keselamatan bumi, serta berupaya menggiring manusia ke Sorga. Jadi pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan yang berwawasan kemanusiaan, lingkungan hidup dan berke-Tuhan-an. Inilah konsep pembangunan yang harus dipikirkan ke depan.

Mohon dipahami, sesunguhnya hubungan saling ketergantungan antara manusia, lingkungan hidup dan Tuhan merupakan sebuah lingkaran yang saling mempengaruhi. Jika salah satu bagiannya rusak atau disfungsional, maka sesungguhnya belum ada pembangunan yang baik dan benar. Karena itu konsep pembangunan yan baik dan benar adalah mengembangkan segala sesuatu yang telah ada sejak dunia ini dijadikan, bukan meruntuhkan segala sesuatu yang ada dan membangun yang baru. Tuhan memberikan bumi dan segala isinya untuk dikembangkan, bukan meruntuhkan kemudian dibangun kembali. Pembangunan ala kapitalisme adalah meruntuhkan untuk menguras kepentingannya kemudian membangun di atas reruntuhan itu. Yang diruntuhkan oleh pembangunan ala kapitalisme adalah lingkungan hidup dan manusia, setelah semuanya diruntuhkan maka selanjutnya adalah pura-pura berteori tentang kemanusiaan dan lingkungan hidup. Ini yang namanya pembangunan konyol.

Sehingga untuk ke depan, dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat yang harus dipikirkan dalam upaya pembangunan bangsa dalah development (pengembangan), bukan construction (bongkar pasang). Alam semesta yang telah dipasang oleh Tuhan jangan dirusak oleh manusia. Manusia hanya mempunyai kuasa untuk mengembangkan ciptaan Tuhan, tetapi tidak punya hak untuk merusak ciptaan Tuhan. Jika pengrusakan yang terjadi, maka sesungguhnya dosa besar telah dan sedang serta akan dilakukan oleh manusia di muka bumi ini. semoga perjuangan kemerdekaan Papua Barat ke depan bercita-cita untuk mengembangkan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, kemanusiaan dan ke-Tuhan-an. Inilah pembangunan yang tulen.

3. Kami adalah Kami untuk Selamanya

Bulan Juli 2004, seorang tua yang saya temui di sebuah aksi massa di Numbay pernah berkata : kami adalah kami untuk selamanya, kami tidak akan pernah berubah menajadi orang Indonesia atau orang barat. Kemudiaan lebih lanjut dia berkata : walau kami pakai Koteka biarkanlah kami, walau kami tidak tahu mandi biarkanlah kami, walau kami tidak tahu bahasa Indonesia biarkanlah kami, walau kami buta huruf biarkanlah kami, walau kami tidak suka makan nasi biarkanlah kami, walau kami miskin biarkanlah kami, walau kami orang hitam dan keriting biarkanlah kami, pokoknya biarkanlah kami seperti apa yang kami miliki karena kami tidak akan menjadi apa-apa dan siapa-siapa walau dengan cara paksaan bagaimanapun. Memang Tuhan ciptakan kami seperti ini. Inilah kami.

Saya secara pribadi sangat setuju dengan cara berpikir orang tua yang saya temui tersebut. Keberadaan orang Papua Barat di tanah leluhurnya tidak bisa digugat dengan cara apapun. Yang harus digugat adalah bangsa/orang yang datang dari luar dan berbuat “sok hebat” di tanah Papua Barat. Siapakah yang memberikan kuasa kepada merdeka untuk berbuat seenaknya di Papua Barat? Apakah Tuhan pernah berbisik kepada mereka untuk merubah semua yang dimiliki oleh orang Papua Barat. Ataukah memang benar semua orang Papua Barat dan tanahnya harus sama dan serupa dengan orang Indonesia dan tanah Jawa? Ajaran siapa itu?

Perjuangan Papua Barat ke depan harus diarahkan untuk menjadi diri sendiri. Bagaimanapun juga Papua Barat adalah Papua Barat, rambut keriting dan kulit hitam adalah rambut keriting dan kulit hitam selamanya. Mendiami Pulau Papua bagian barat adalah tempat abadi di dunia selamanya. Jangan repot-repot untuk mengubah status tempat tinggal ke Inggris, jangan pusing untuk mengubah warna kulit dan bentuk rambut, jangan setengah mati untuk pindah ke pulau Jawa. Tidak ada hukum yang membenarkan semuanya ini terjadi. Hukum alam telah mengatur semuanya dengan rapih dan teratur.

Semuanya ini bukan berarti kita harus membenci orang lain karena ada perbedaan di antara kita. Sama sekali tidak. Kita masing-masing telah ada di dunia ini dengan perbedaan kita masing-masing pula. Kita masing-masing adalah diri kita sendiri. Sehingga dengan perbedaan itu kita saling menghargai sebagai diri kita sendiri. Orang Papua Barat cukupkanlah dengan tanah Papua Barat sehingga jangan berpikir repot-repot untuk merebut kepulauan Tanimbar. Orang Tanimbar adalah orang Tanimbar, untuk apa orang Papua Barat susah payah untuk menjadikan mereka sebagai orang Papua Barat. Sangat mustahil.

Hanya ada satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya menyatakan diri sebagai “kami adalah kami untuk selamanya”. Hal tersebut adalah “saling menghargai”. Saling menghargai berarti saling membutuhkan, saling menolong, saling mendukung, saling menyayangi dan saling mencintai. Orang Jawa adalah orang Jawa dan orang Papua Barat adalah orang Papua Barat, tetapi yang sangat penting adalah masing-masing saling menghargai dengan berbagai aksi saling menguntungkan dan saling menghargai. Hal ini yang sekarang sangat susah diwujudkan di dunia ini dalam berbagai negara merdeka. Tetapi bagaimana pun rumitnya hal ini, perjuangan kemerdekaan Papua Barat harus diarahkan ke sana. Sehingga ke depan bisa terpenuhi “kami masing-masing adalah kami masing-masing, tetapi kami mau hidup saling menghormati dalam diri kami sendiri, sebab kami semua adalah manusia”.

4. Upaya Mencari “Someone In The A Place”

Perjuangan kemerdekaan Papua Barat tidak hanya dalam upaya mendirikan dan mengatur hidup di dunia ini dalam negara tersebut. Tetapi masih ada sisi tak nampak yang harus diperjuangkan. Sisi tak nampak tersebut selalu berada pada kanvas hati yang paling dalam. Semua manusia yang mengakui adanya Tuhan pasti percaya akan sebuah zaman setelah dunia ini. Zaman itu akan datang pada suatu saat nanti dan di suatu tempat yang kita tidak tahu kapan dan di mana. Di sana ada “Seseorang” yang tidak pernah kita kenal, tetapi kita percaya bahwa Dia ada di suatu tempat tersebut.

Kemerdekaan Papua Barat tidak hanya sekedar mencari kebebasan duniawi, tetapi kebebasan di hari depan juga harus mendapat tempat dalam perjuangan kemerdekaan tersebut. Orang Papua Barat tidak hanya bisa terlena dalam gegap gempita kebebasan duniawi, tetapi harus bisa mengarahkan hidup ke hari akhir manusia Papua Barat itu sendiri. Perjuangan kemerdekaan Papua Barat harus dijadikan sebagai jalan dalam upaya untuk mencari “Someone in the a place” (seseorang di suatu tempat).

Sehingga dalam perjuangan kita sekarang, yang terpenting adalah berjuang dengan menghargai orang lain. Bukan berarti kita harus diam saja ketika kita dibantai, tetapi yang sebenarnya adalah melawan upaya pembantaian tersebut. Jika kita melawan semua kelaliman dan kejahatan yang dilakukan orang/bangsa lain terhadap kita, maka kita mempunyai keuntungan ganda. Di satu sisi kita telah mempertahankan hidup kita sambil melawan kelaliman dan kejahatan sesuai ajaran Tuhan, tetapi di sisi lain kita telah memberikan kesadaran kepada orang/bangsa yang berupaya membantai kita. Kita telah memberikan teladan kepada bangsa lain bahwa saling membantai dilarang oleh Tuhan.

Akhirnya, negara Papua Barat yang hendak kita dirikan pun harus berorientasi ke-Tuhan-an. Negara yang memungkinkan manusia mempunyai penghormatan kepada Tuhan. Negara yang memungkinkan nilai-nilai kemanusiaan dihargai sebagai jelmahan Tuhan sendiri di dunia ini. Negara yang memungkinkan melakukan pembangunan yang berwawasan ke-Tuhana-nan, dan akhirnya negara yang para pemimpin dan rakyatnya takut akan Tuhan. Sehingga dalam hidup bernegara perintah Tuhan dijalankan dan larangan Tuhan dijauhi. Dengan demikian, negara Papua Barat yang didirikan merupakan negara yang didirikan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi negara yang sedang berjalan ke suatu tempat kepada Seseorang yang tersembunyi tetapi ada. Ke sanalah arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat itu harus digiring.
* * *

Telah kita lihat bersama di atas bagaimana sesungguhnya perjuangan kemerdekaan Papua Barat itu sedang digiring. Kini telah ada gambaran bagi kita akan tiga hal penting dalam penggiringan bola perjuangan kemerdekaan Papua Barat tesebut. Pada bagian pertama kita telah melihat bagaimana pemahaman kita yang kabur dan setengah-setengah terhadap arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Pada bagian kedua kita telah melihat bagaimana kita terlena ke dalam sandiwara penjajahan yang dibuat “seakan-akan baik dan benar”. Sedangkan pada bagian ketiga kita telah melihat bagaimana seharusnya perjuangan kemerdekaan Papua Barat itu digiring.

Dengan demikian sudah sangat jelas bagi kita sekarang “dari mana dan apa ke mana dan apa” arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat itu sendiri. Dari beberapa ulasan yang singkat dan tidak sempurna tersebut, saya pikir sudah ada gambaran sedikit ke arah mana kita harus melangkah untuk mendirikan negara Papua Barat Merdeka di waktu yang akan datang. Sehingga, pertanyaannya : dari apa dan mana ke apa dan mana perjuangan kemerdekaan Papua Barat sedang berjalan sudah terjawab secara singkat. Sehingga ke depan jika ada orang yang pura-pura tidak paham arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat, maka orang tersebut tidak lebih dari seorang pengkhianat yang tulen. Dia pasti akan mendapat upah dosanya sendiri. Semoga tidak ada orang Papua Barat lagi yang berkhianat dan pura-pura tidak tahu arah perjuangan kemerdekaan Papua Barat ke depan.
* * *

E. Rekomendasi

Dari uraian singkat di atas yang telah memberikan arah perjuangan dalam merebut kemerdekaan Papua Barat tersebut, menjadi sangat penting untuk melahirkan beberapa rekomendasi yang harus segera dilaksanakan. Rekomenasi ini ditujukan kepada siapa saja yang peduli dengan nasib perjuangan kemerdekaan Papua Barat.

1. Menjadikan musuh bersama terhadap kejahatan kemanusiaan oleh Indonesia dan negara lain yang mempunyai kepentingan di Papua Barat.

2. Menolak konsep pembangunan yang sesungguhnya mematikan yang selalu berlindung di balik konsep demokrasi, hukum dan hak asasi manusia, karena penjajahan modern selalu berlindung di balik ketiga hal tersebut.

3. Melakukan pendidikan politik terhadap rakyat Papua Barat yang belum sadar dan tahu akan arah perjuangan kemerdekan Papua Barat yang sesungguhnya. Pendidikan ini boleh dilakukan antar individu, kelompok maupun dengan cara lain.

4. Mengajak siapa saja yang mempunyai keprihatinan akan masalah Papua Barat untuk ikut bersama dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat, sebab kemerdekaan Papua Barat juga merupakan bagian dari kemerdekaan manusia semesta.

Demikian empat hal penting yang menjadi rekomendasi dari tulisan singat dan jauh dari sempurna ini. Siapapun dia sebagai manusia yang mempunyai keprihatinan terhadap nasib bangsa Papua Barat dimohon untuk mengusahakan merealisasikan rekomendasi ini.
* * *

E. Penutup

Akhir dari tulisan ini, saya teringat dengan sebuah kalimat, “motto perjuangan” suku-suku Koteka di Pegunungan Tengah Papua Barat. Bunyinya : “Kami memang para pejalan kaki yang lambat, tetapi kami tidak pernah berjalan mundur”. Saya sadar dan berharap semoga perjungan kemerdekaan Papua Barat sedang digiring dengan langkah yang lambat, tetapi dengan sebuah tujuan yang pasti dan memberikan kehidupan di sumber mata air yang adadi dan gilang-gemilang.

Semoga bola emas perjuangan kemerdekaan Papua Barat sedang digiring ke sana dengan langkah yang pasti untuk tiba pada tujuan yang pasti pula, walau dengan langkah yang lambat, yang penting tidak ada langkah mundur, untuk menyelesaikan sebuah perjalanan yang akan menjadi sejarah bagi umat manusia di dunia ini. Sungguh, itu hanya akan dikenang dalam lembaran sejarah. Semoga! ***

*Penulis adalah Orang yang sedang belajar berpikir dan menulis.

MENGOREKSI DIRI DAN "MENGORE" INDONESIA UNTUK PAPUA MERDEKA


Paerjuangan Papua Merdeka pada umumnya merupakan masalah dua kelompok besar (Indonesia dan pendukungnya dengan pilihan INTEGRASI sebagai pilihan politik yang final di samping itu sebagai versus-nya adalah Papua Barat dan pendukungnya dengan pilihan MERDEKA sebagai pilihan politiknya yang final). Kedua kelompok ini sudah, sedang dan akan saling mempertahankan diri dengan berbagai alasan mulai dari yang masuk akal hingga sangat tidak masuk akal. Namun, pada kesempatan ini saya ingin menymbangkan - walau agak tak pantas sebagai suatu sumbangan pemikiran - beberapa ide saya yang harus kita (Orang Papua Barat) perhatika sebagai pedoman dalam menuntut kemerdekaan Papua Barat.


Mengoreksi Diri
Orang yang tidak pernah malakukan kesalahan adalah orang yang sangat diragukan akan KEMANUSIAANYA. Orang yang tidak pernah salah adalah orang yang sama sekali tidak pernah hidup. saya pikir kita semua orang Papua Barat (terlebih saya sendiri) PERNAH BAHKAN BIASA BERBUAT SALAH. Kesalahan apa yang kita orang Papua perbuat dalam menuntut kemerdekaan Papua Barat? Saya rasa sangat banyak kesalahan. Sebagai contoh : banyak pejuang yang berjuang untuk kepentingan perut, kita banyak bicara tanpa banyak bertindak, banyak kesalah pahaman atas apa yang kita diskusikan, ketakutan yang merajalela dan lain sebagainya. Semuanya ini hanya contoh PALING SEDIKIT DARI YANG PALING BANYAK yang sempat melintas di depan otak yang yang kebetulan saya tangkap. Tentunya kita semua belum melakukan semua kesalahan semacam ini, artinya kita tidak semua bersalah. Tetapi betapapun kecilnya suatu kesalahan akan menyebabkan kogoncangan/kehancuran dalam diri kita orang papua sendiri. Ingat semua yang kita lakukan entah baik atau buruk sangat kita perlukan. Kita perlu sebuah kesalahan/kekeliruan. Jika kita salah dan keliru, maka saat itu adalah kesempatan emas bagi kita untuk bangkit. Memang kita harus bersalah dan keliru ketika kita mau maju ke arah pencerahan jiwa dan bangsa sebagai MANUSIA YANG BENAR-BENAR MERDEKA.

Ya, saya rasa banyak kesalahan yang telah kita buat dan walaupun kita menyangkal matian-matian pun hanyalah waktulah yang akan bersaksi pada hari, jam, bulan atau tahun berap kita bersalah. Tetapi baiklah kesalahan itu kita jadikan PELAJARAN BERHARGA. satu hal yang sangat penting kita butuhkan sekarang adalah MENGUMPULAKAN KEMBALI (Rekoleksi) kesalahan kita yang telah kita perbuat dan melakukan suatu perbaikan / pembaharuan diri. Sata sering berpikir alangkah indahnya perjuangan Papua Merdeka jika KITA MENGANDALKAN OTAK DAN HATI DALAM PERJUANGAN. Yang saya amati selama ini (baik diri saya maupun orang lain) adalah BANYAK MENGANDALKAN OTAK TANPA MEMPERDULIKAN HATI. Jika sekarang kita mulai sadar atau paling tidak BELAJAR SADAR dari semua kesalahan kita, maka kita jangan katakan besok apa yang dapat kita kerjakan sekarang. Cukup... cukup... dan cukup jika selama ini kita hanya menjadi MANUSIA BEROTAK TANPA HATI. Memang orang sering katakan jika kita salah, maka pasti kata orang HEI.. PAKE OTAK. Ya, memang benar otak dapat mempengruhi semua cara berpikir kita. Tetapi yang sekarang kita harus usahakan adalah PERJUANGAN PAKE HATI. Pertalihan antara OTAK DAN HATI AKAN MELAHIRKAN MANUSIA YANG BANAR-BENAR MANUSIAWI, dan orang semacam inilah yang kita katakan manusia sejati. Jika dikaitkan dengan perjuangan kita (Papua Merdeka), maka mereka inilah yang akan menjadi pemimpin yang sejati baik dalam perjuangan kita sekarang maupun dalam mengisi kemerdekaan kita nanti. Sungguh perjuangan dengan menyesalih kesalahan masa lalu adalah kunci menuju kesuksesan. Kata kunci yang saya rasa sangat penting adalah "JANGAN MASUK KE LUBANG YANG SAMA".

Kore Indonesia Cs.
Kore dia sudah.... adalah kata yang sangat pentas kita gunakan ketika kita mulai pasang jurus menghantam Indonesia. Tapi jangan hantam dengan balok atau martelu. Kita hantam dengan hati dan otak. Kini Indonesia dihadapkan pada KEBINGUNAN NASIONAL. Lihat saja dia sudah mulai pusing dan bertindak takaruan saja, penyelenggaraan negara sudah mulai morat-marit, mau darurat sipil tapi aneh dia mau hadapi apa sedangkan rakyat Papua hanya diam nonton dia punya kelakuan itu. Ketika Indonesia mulai bingun mau buat apa, maka kesempatan itu kita gunakan untuk KORE dia terus hingga konsentrasinya hilang. Masalah papua tetap hangat adalah hal yang sangat penting, maka marilah kita semua berjuang sesuai dengan apa yang kita bisa perbuat. Kita semua punya posisi yang tersendiri tetapi sedng berjuang demi satu tujuan. Saya sangat tidsak setuju jika banyak orang berkata : jika berjuang harus masuk ke salah satu organisasi dengan alasan karena itu satu-satunya jalan yang paling efektif. Saya pikir yang bikin efektif itu manusiaya yang bikin efektif, BUKAN organisasinya yang efektif dan manusia hanya ikut organisasi itu. Kadang organisasi juga hanya tempat duduk-dukuk ketika tak ada pekerjaan. Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tetapi hal yang sangat penting adalah KITA SADAR DAN SADAR SERTA BERJUANG DENGAN MULTIFUNGSI TUNGGAL TUJUAN yaitu PAPUA MERDEKA.